Berita

Berita

Ketika Insinyur Indonesia Bertemu dengan Insinyur Belanda

28 September 2022

Peran insinyur dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia dimulai sejak abad ke 19. Saat itu para insinyur Belanda yang umumnya berperan aktif merancang dan membangun berbagai infrastruktur di Indonesia, terutama infrastruktur pelabuhan, perkeretaapian dan jalan raya, yang hasil karya mereka masih dapat kita gunakan dan nikmati hingga detik ini. Sejak abad ke 19 kebutuhan tenaga insinyur setiap tahun baik di Indonesia, di Belanda atau di mana saja selalu meningkat seiring dengan pesatnya pembangunan di suatu negeri.

 

Profesi insinyur di abad ke 19 masih langka dan sangat dibutuhkan serta mulia, karena itu dibawah naungan kerajaan, para insinyur Belanda mendirikan organisasi persatuan insinyur yang dinamakan Koninklijk  Instituut Van Ingenieurs (KIVI).

 

Selain aktif membangun infrastruktur di Belanda, para insinyur KIVI juga aktif membangun infrastruktur di Indonesia. Bahkan kadang kadang pembangunan infrastruktur di Indonesia bisa lebih maju dari di Belanda sendiri. Salah satu contohnya adalah elektrifikasi jalur KA di Batavia (Jakarta) yang dimulai sejak tahun 1925. Saat itu perkeretaapian Indonesia mulai mengoperasikan lokomotif listrik dan KRL. Sedangkan di negeri Belanda sendiri, NS baru mengoperasikan  lokomotif listrik sejak tahun 1948.

 

Sejak awal abad ke 20 berbagai perusahaan perkebunan dan pertambangan di Hindia Belanda semakin meningkat, sehingga jumlah insinyur yang berkarya di Indonesia juga semakin banyak. Karena itu para insinyur tersebut membentuk organisasi insinyur sesuai bidangnya seperti organisasi insinyur perairan (waterstaat ingenieurs) yang didirikan tahun 1913 dan organisasi insinyur pertambangan (mijn ingenieurs) yang didirikan tahun 1919. Selanjutnya pada tahun 1920 didirikan Technische Hoogeschool di Bandung atau THB (sekarang ITB), sehingga dengan ini maka  jumlah insinyur diberbagai disiplin ilmu pun meningkat pesat.

 

Karena itu para insinyur pun merasa perlu untuk mendirikan organisasi insinyur di Hindia Belanda yang merupakan cabang dari KIVI di Belanda. Organisasi insinyur di Hindia Belanda ini selanjutnya dibentuk tahun 1932, dimana organisasi organisasi insinyur perairan dan pertambangan yang sudah berdiri sebelumnya, melebur kedalam organisasi insinyur baru yaitu KIVI Groep Nederlandsch Indië. Jumlah insinyur yang terdaftar pada tahun 1932 tercatat sebanyak 1100 orang.  Oragnisasi ini pun menerbitkan majalah sendiri yang dinamakan De Ingenieurs in Nederlandsch Indië. Bahasan majalah ini adalah segala permasalahan dan perkembangan teknologi yang terjadi di Hindia Belanda. Setelah Indonesia Merdeka, berdasarkan rapat umum anggota pada tahun 1948, nama majalah ini diganti menjadi De Ingenieurs in Indonesië.

 

Lokomotif listrik buatan pabrik Werkspoor – HEEMAF (Belanda) yang pertama dan dioperasikan di Indonesia sejak tahun 1925. (Foto: Widoyoko)

 

Setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun 1949, maka untuk menghimpun para insinyur asli bangsa Indonesia, Presiden Sukarno memerintahkan Ir. H Djoeanda Kartawidjaja dan Ir. R. Rooseno Soerjohadikoesoemo untuk mendirikan Persatuan Insinyur Indonesia pada tahun 1952. Secara institusi antara KIVI (cabang Indonesia) dan PII tetap berhubungan baik. Beberapa anggota KIVI bahkan ada yang diangkat menjadi guru besar di TH Bandung, misalnya Ir. R.A.D. Loven yang diangkat menjadi guru besar untuk jurusan perkeretaapian pada tahun 1954. Seiring dengan perkembangan jaman organisasi  KIVI cabang Indonesia pun berahir karena anggotanya banyak yang kembali ke negeri Belanda dan majalah bulanan De Ingenieurs in Indonesië ahirnya mengahiri penerbitannya pada tahun 1957.

 

Tahun 2022 ini PII tepat berusia 70 tahun sedangkan KIVI tahun ini merayakan usianya yang ke 175 tahun, karena itu untuk menjalin kembali hubungan baik antara kedua institusi, organisasi Indonesia Transportation Forum (ITF) sejak tahun lalu mulai menggagas acara pertemuan antara PII dan KIVI. ITF adalah organisasi profesional Indonesia dalam bidang transportasi di negeri Belanda, yang menjadi jembatan antara profesional dan institusi dari Indonesia maupun Belanda.   

 

Setelah ITF berhasil meyakinkan KIVI bahwa acara pertemuan ini sangat penting untuk meningkatkan hubungan antara kedua institusi, maka langkah selanjutnya ITF melobby PII, terutama bidang perkeretaapian, untuk turut berpartisipasi dalam acara ini.  Setelah beberapa kali rapat ahirnya disepakati pertemuan antara PII dan KIVI diselenggarakan di kantor pusat KIVI di Den Haag, hari Senin tanggal 26 September 2022 yang lalu.

 

Acara pertemuan PII – KIVI ini mengangkat tema “Development of Railway Technology – Indonesia”. Pada kesempatan ini dipresentasikan perkembangan teknologi perkeretaapian di Indonesia dan juga di Belanda. Seperti kita ketahui, sistim perkeretaapian di Indonesia seluruhnya dirancang dan dibangun oleh insinyur Belanda. Setelah Indonesia merdeka terjadi banyak sekali perubahan di kedua negara. Yang mencolok misalnya indistri kereta api di Belanda yang dulu banyak mengekspor produk-produknya ke Indonesia, di abad ke 21 ini sudah menjadi sejarah. Sedangkan di Indonesia industry kereta api sedang dan terus berkembang pesat.   

 

Dengan pertemuan ini maka masing-masing pihak dapat mengetahui perkembangan teknologi di masing-masing negara sehingga nantinya kita tinggal mencocokan saja hal-hal apa saja yang pas untuk di terapkan atau dikerjasamakan antara masing-masing negara. 

 

Dari Indonesia hadir 3 orang perwakilan PII yang dipimpin oleh Dr.Ir. Hermanto Dwiatmoko, MStr, IPU, ASEAN Eng. Beliau adalah Ketua Badan Teknik Perkeretaapian (BKTKA- PII) sekalugus menjadi Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (MASKA). Sedangkan pihak KIVI diwakili oleh General Manager, Miguel Delcour BEng, MScBA, ECBS.   Sedangkan acara pertemuan ini dibuka oleh wakil Duta Besar RI, bapak Freddy Panggabean.  Setelah sambutan pembukaan dari KBRI, KIVI dan PII dilakukan penanda tanganan Memorandum of Understanding, yang akan menjadi landasan bagi kerjasama di masa depan.

 

Penanda tanganan MoU antara KIVI – PII (Foto: Krisna Amir Hamzah).

 

Pada sesi pagi hari, PII menyampaikan dua makalah presentasi yaitu tentang Keselamatan Perkeretaapian di Indonesia yang disampaiakan oleh bapak Hermanto Dwiatmoko. Beliau juga memperkenalkan buku yang baru beliau terbitkan berjudul “Indonesian Railway Safety”. Selanjutnya bapak Nugroho Widiyanto dari PT Len industry menyampaikan profil perusahaan yang bergerak di segala bidang termasuk memproduksi sistim persinyalan dan control perkeretaapian.

 

yang disampaikan oleh Pada sesi siang hari, pihak KIVI menyampaikan tiga makalah yaitu, pertama tentang perkembangan ERTMS (European Rail Traffic Management System)  di Belanda yang dipresentasikan oleh Mr. Bas Bollinger. ERTMS adalah sistim standard yang diterapkan di seluruh negara Eropa, untuk mengatur persinyalan dan kecepatan KA, sehingga KA dari berbagai operator KA Eropa bisa beroperasi di seluruh negara yang menerapakan ERTMS. Dengan demikian safety dan interoperability lebih terjamin.  Kedua tentang preventive maintenance yang disampaikan oleh Mr. Erland Tegelberg. Ketiga tentang pengaruh iklim terhadap keselamatan perjalanan KA yang disampaikan oleh Mr. Rene Peusens. Seperti kita ketahui karena perubahan cuaca global maka di negeri Belanda pun cuaca menjadi extrim seperti suhu di musim panas yang berlebihan sehingga menyebabkan rel bengkok, hingga banjir besar yang mirip seperti banjir di Indonesia yang menyebabkan kerusakan pada konstruksi jalan rel.

          

Secara total, acara yang berlangsung mulai pukul 10 pagi hingga pukul 14 siang ini dihadiri oleh sekitar 25 orang insinyur.  Pertemuan antara PII – KIVI ini tergolong bersejarah, karena pada abad ke 21 ini baru pertama kali PII dan KIVI saling bertemu secara resmi di tahun 2022. Masing-masing institusi tahun ini sedang merayakan hari jadinya yang istimewa, yaitu 175 tahun KIVI dan 70 tahun PII. Karena itu untuk menghormati tamu-tamu Indonesia, KIVI menyediakan menu makan siang “Rijsttafel”, sebuah menu kuliner yang sangat populer di negeri Belanda.

 

Salah satu “nilai positif” negeri Belanda yaitu bila kita berkunjung ke negeri kincir ini untuk liburan, bisnis atau tujuan apapun, kita masih dapat menikmati suasana Indonesia, karena orang Belanda sudah sangat familiar dengan kuliner Indonesia. Hampir di setiap kota, dapat kita temui restoran, toko atau supermarkt yang menjual masakan Indonesia. Hal ini tidak kita jumpai di negara-negara Eropa lainnya.***

 

Oleh: Ir. Widoyoko, Msc.

Ketua Indonesia Transportation Forum

Anggota DPD MASKA Eropa



Berita Lainnya